Pendukung Wikileaks Serang Kartu Kredit
Para pendukung pendiri WikiLeaks, Julian Assange, segera membangun tentara maya. Mereka menutup laman dua perusahaan kartu kredit terbesar dunia dengan menggunakan perangkat sederhana yang diunggah dari internet.


Laman MasterCard Inc ambruk, Rabu, saat kelompok yang menyebut dirinya AnonOps menggalang serangan penolakan layanan atas raksasa kartu kredit itu, yang menghentikan arus sumbangan untuk WikiLeaks setelah Amerika Serikat mengecamnya atas penyiaran kawat diplomatik. Laman Visa Inc mati untuk sementara Senin malam di Amerika Serikat dan kelompok yang sama menyatakan bertanggung jawab atas kejadian itu. Serangan penolakan layanan itu biasanya menggunakan botnet, atau kumpulan komputer, yang telah digalang peretas untuk melumpuhkan laman dengan menghantamnya dengan jumlah besar permintaan keterangan secara serentak.


Serangan atas MasterCard dan Visa itu tampaknya datang dari upaya akar rumput, yang digalang AnonOps. Kelompok itu menyalurkan perangkat lunak canggih untuk meretas, yang secara nisbi sederhana bagi pendukung untuk dipasang di komputer mereka. "Sangat mudah melancarkan serangan itu," kata John Bumgarner, kepala bagian teknologi Satu Dampak Maya Amerika Serikat, yang memantau serangan maya.


Kelompok itu menggunakan Twitter untuk mencari pendukung, merujuk mereka ke lamannya, tempat mereka dapat mengunduh perangkat lunak tersebut, yang mengubah komputer pribadi Windows atau Mac menjadi senjata melawan laman MasterCard.


Sean-Paul Correll, peneliti pada perusahaan anti-virus PandaLabs, yang memantau kegiatan AnonOps, menyatakan kelompok itu memiliki ribuan komputer pribadi dalam pasukan relawannya. "Kelompok itu semakin putus asa mencoba mengecam," katanya, "Mereka akhirnya tahu dapat menggunakan teknologi untuk melawan balik, bahwa mereka tidak harus berdiri di garis jaga." WikiLeaks mendapat pengawasan antarbangsa setelah melansir rangkaian kawat diplomatik, yang membuat marah dan malu Washington.


Assange ditangkap di Inggris, Selasa, atas tuduhan pelanggaran seksual. Serangan atas Visa dan MasterCard itu diduga pembalasan atas ulah dua perusahaan pengelola kartu kredit dan debit yang menutup sumbangan ke laman WikiLeaks.


Laman AnonOps menghubungkan pengguna ke kamar ngobrol, tempat beberapa di antaranya bertanya tentang cara menggunakan perangkat lunak itu dan lain-lain tentang keberhasilan mereka. "MasterCard masih lumpuh. Ya, gila," kata salah satu peserta tanpa nama. "Kerja bagus, semua!" kata pengguna lain.


MasterCard menyatakan serangan tersebut tidak memengaruhi inti kemampuan pengolahan pembayarannya, tapi ada beberapa pemutusan terbatas pada layanannya. Perusahaan itu tak merincinya. Juru bicara Visa Paul Cohen dalam surat maya pada Rabu malam menyatakan jaringan pengolahannya berjalan biasa dan pemegang kartu dapat terus menggunakan kartu mereka seperti biasa. Data keuangan tidak dalam bahaya.


Ia menyatakan kelumpuhan laman itu akibat lalu lintas lebih ramai daripada biasa dan mengatakan bahwa Visa mengambil langkah untuk mengembalikan laman itu ke kekuatan penuh dalam beberapa jam ke depan.




Bela Wikileaks, Hacker Serang Situs Mastercard
Sekelompok hacker melumpuhkan situs Mastercard tak lama setelah perusahaan tersebut menutup akun Wikileaks sehingga tidak dapat digunakan untuk menerima donasi dari publik. Serangan ini disebut mereka sebagai bentuk sokongan terhadap Wikileaks dengan melancarkan operasi balas dendam.


Setidaknya sudah ada dua kelompok hacker yang mengaku melancarkan serangan DDos (distributed denial of service) ke Mastercard. Masing-masing kelompok yang menamakan dirinya 4Chan dan Anonymous. Dalam serangan semacam ini, mereka biasanya mengarahkan trafik yang sangat tinggi ke situs korban dari berbagai penjuru sehingga pengunjung kesulitan mengakses situs tersebut.


Ini bukanlah serangan yang pertama dilakukan hacker ke situs-situs yang menghalangi Wikileaks. Sebelumnya, PayPal dan PostFinance yang memblokir akun Wikileaks pun mendapat serangan serupa dari kelompok hacker yang sama. Atas nama pembelaan terhadap Wikileaks, mereka telah mendeklarasikan operasi balas dendam dengan nama Operation Payback dan Operation Avenge Assange.


Dalam poster yang disebarkan secara online, mereka mengatakan tidak berafiliasi dengan Wikileaks, namun membela karena memiliki tujuan yang sama yakni kebebasan informasi. Selain melancarkan serangan balasan terhadap pihak-pihak yang menghalang-halangi Wikileaks, kelompok hacker tersebut juga mengajak siapa saja untuk menyalin situs Wikileaks dan menyebarkannya bahkan kalau perlu mencetaknya.


Sejak mulai merilis ratusan ribu dokumen rahasia kawat diplomatik AS, situs Wikileaks juga beberapa kali mendapat serangan DDoS. Wikileaks juga terpaksa harus berkali-kali pindah hosting karena digusur penyedia hosting sebelumnya Amazon dan berganti alamat karena diblokir EveryDNS, dan sebagainya. Namun, kini Wikileaks malah dapat diakses dari ratusan mirror site di berbagai negara.


Sementara kontroversi mengemuka, Swedia memburu Julian Assange, pendiri Wikileaks, dengan tuduhan pemerkosaan selama tinggal di negara tersebut. Namun, aksi Wikileaks merilis dokumen rahasia masih berlanjut meskipun Julian Assange telah ditahan di London.


Twitter dan Facebook Blokir Pendukung Wikileaks
Dua layanan jejaring sosial besar, Facebook dan Twitter, dengan sigap langsung menutup akun para pendukung Wikileaks. Penutupan ini dilakukan tak lama setelah aksi para hacker menyerang situs Mastercard, Rabu (8/12/2010).


Facebook telah menutup akun "Operation Payback" karena dinilai melanggar aturan penggunaan layanan yang telah mereka tetapkan. Sementara Twitter telah menutup akun @Anon_operation. Akun-akun tersebut sebelumnya digunakan kelompok hacker bernama Anonymous untuk melaporkan aksi balas dendam kepada pihak-pihak yang menghalangi Wikileaks.


Anonymous dan kelompok hacker lainnya bernama 4Chan adalah simpatisan Wikileaks. Mereka mengaku sebagai pelaku serangan DDoS (distributed denial of service) terhadap situs PayPal, Mastercard, dan PostFinance karena penyedia layanan keuangan itu menutup akun Wikileaks sehingga tidak dapat menerima donasi dari publik. Serangan terhadap situs-situs tersebut dilakukan sebagai bentuk aksi balas dendam yang mereka namakan Operation Payback dan Operation Avenge Assange.


Meski diblokir, dukungan terhadap Wikileaks tidak berarti pudar. Kini di Facebook pun terus muncul akun dan kelompok dukungan baru dengan nama yang sama. Di Twitter pun langsung muncul akun baru buatan kelompok hacker tersebut.

0 comments