Indonesia VS Malaysia

Posted by ie-be | 4:55 AM

     PELANGGARAN perbatasan yang bolak-balik dilakukan oleh kapal perang Malaysia di perairan Ambalat, Kalimantan Timur, telah melukai perasaan mayoritas orang Indonesia. Timbul kemarahan umum, dan muncul desakan dari  masyarakat :  agar Pemerintah RI memberi pelajaran kepada negara tetangga yang arogan dan menyebalkan itu.

   Situasi yang sedang memanas ini tiba-tiba mengingatkanku pada “perang persepsi” yang dilancarkan oleh orang-orang yang mengaku peranakan Mandailing di Malaysia, yang dipelopori oleh orang bernama Abdur Rozak Lubis. Melalui ratusan blog, situs dan tabloid, warga negara Malaysia itu menyebarluaskan sejarah “Suku Mandailing” versinya sendiri, dengan target untuk mengubah persepsi masyarakat Batak Mandailing. Pada intinya mereka berusaha meyakinkan, bahwa masyarakat Mandailing bukan Batak, melainkan ranting dari etnis Minang.

  “Perang persepsi” yang dilancarkan warga negara Malaysia itu sepintas tidak tampak seperti masalah serius. Mungkin, di kalangan etnis Batak asal Mandailing pun hanya sedikit yang merasa terusik. Sebaliknya, cukup banyak juga kelihatannya yang berhasil dipengaruhi oleh kampanye bersifat indoktrinasi  oleh keturunan perantau asal Mandailing itu–yang notabene telah lima generasi menjadi warga Negara Malaysia.

  Sekarang, aku jadi bertanya-tanya, apakah perang persepsi tadi hanya sebuah usaha mencari akar sejarah “Batak nalilu” di Malaysia; atau jangan-jangan itu merupakan politik devide et impera ? Apakah intervensi budaya  yang berusaha memecah-belah Bangso Batak itu—tepatnya memisahkan penduduk eks Tapanuli Selatan yang mayoritas beragama Islam,dari penduduk eks wilayah Tapanuli Utara yang mayoritas Kristen; bertujuan jangka panjang untuk mencaplok wilayah Mandailing dan sekitarnya lalu digabungkan dengan Malaysia ?
* * *
  BOLEH jadi pertanyaan tersebut di atas akan dianggap mengada-ada. Namun aku punya intuisi bahwa perang persepsi yang dilancarkan peranakan Batak Mandailing di Malaysia; yang tampaknya terencana dan terorganisir dengan baik; adalah bagian dari agenda jangka panjang demi kepentingan hegemoni Malaysia di seputar perairan Malaka.

  Sejauh ini, mereka telah berhasil merekrut beberapa intelektual di Sumatera Utara untuk mendukung versi sejarah yang “meminangkan” penduduk Mandailing dan sekitarnya itu. Beberapa di antaranya adalah sarjana lulusan Universitas Sumatera Utara dan wartawan di beberapa koran yang terbit di Medan.
* * *
  KEMBALI ke situasi yang memanas di Ambalat, seandainya insiden yang berulang-ulang itu meningkat jadi perang antara Indonesia dan Malaysia, bagaimana gerangan sikap para keturunan perantau asal Mandailing di Malaysia ? Seandainya mereka dikenakan wajib militer dan ditugaskan untuk menyerbu dan mencaplok daerah Mandailing, beranikah mereka menolak atau malah dengan senang hati menjalankan tugas itu agar eksistensi mereka di Malaysia diakui untuk selamanya ?

  Pertanyaan ini penting untuk mengingatkan kita, bahwa ada kemungkinan suatu hari Bangso Batak terpaksa harus berperang, dan bunuh-bunuhan, dengan para keturunan perantau asal Mandailing di Malaysia. Hal semacam ini sudah pernah terjadi sebelumnya di negara-negara lain, misalnya para tentara Amerika Serikat keturunan Jepang yang ditugaskan menaklukkan Jepang pada Perang  Dunia II; ternyata mereka melakukannya dengan sangat patriotis demi kejayaan Amerika Serikat. Dan sejak itu, keberadaan masyarakat keturunan Jepang di tengah-tengah bangsa AS semakin dihargai oleh ras kulit putih di sana.

  Kemungkinan besar masyarakat peranakan Batak Mandailing di Malaysia pun bakal bertindak demikian, dan hal itu wajar saja. .Dengan demikian, sepak terjang para perantau asal Mandailing yang berusaha memecah-belah Bangso Batak harus kita lihat sebagai kepentingan nasional Malaysia.

  Seandainya para keturunan perantau asal Mandailing di Malaysia itu bertujuan baik untuk menghidupkan  ikatan dan diplomasi budaya dengan tanah leluhur; seharusnya mereka tidak gegabah melancarkan perang persepsi; yang tak disukai oleh sebagian besar masyarakat Mandailing yang merasa dirinya Batak , dan melukai perasaan orang Batak Toba karena dilukiskan sebagai keturunan budak

0 comments