Filisofi Kopi (book)

Posted by ie-be | 3:53 PM

FILOSOFI KOPI (2006)
(Cetakan 1 2006, Gagas Media dan TrueDee Books)
Sinopsis
“Filosofi Kopi” merupakan antologi cerita dan prosa pertama yang ditulis oleh Dee. Terdapat 18 judul yang ia tulis dalam kurun waktu sepuluh tahun (1995-2005). “Filosofi Kopi”, yang diterbitkan Truedee Books bekerja sama dengan Gagas Media ini, memuat format cerita yang cukup beragam. Ada yang berupa prosa lirik, cerita pendek, dan cerita tidak terlalu pendek. Cerita “Filosofi Kopi” yang diambil sebagai judul berkisah tentang seorang peramu kopi handal bernama Ben yang terobsesi untuk membuat ramuan kopi paling sempurna di dunia. Ben dan sahabatnya, Jody, memiliki kedai kopi terkenal bernama Filosofi Kopi. Namun Ben justru menemukan titik balik hidupnya di warung kopi sederhana yang tak bernama. Adalah Budi Darma, sastrawan senior dari Surabaya, yang dengan tepat mengatakan bahwa benang merah dari semua karya dalam “Filosofi Kopi” adalah pencarian jati diri. Lewat kisah cinta insani seperti “Sepotong Kue Kuning” dan “Sikat Gigi”, kisah cinta hewani yang diwakilkan oleh kecoak dalam “Rico de Coro”, kisah cinta botani yang dihadirkan “Filosofi Kopi”, juga surat-surat cinta seperti “Surat Yang Tak Sampai” dan “Saat Kau Lelap”, tak ketinggalan renungan-renungan singkat dalam “Spasi”, “Kunci Hati”, “Salju Gurun”, Dee meniti ulang jembatan-jembatan universal kemanusiaan, mencatatkannya dalam kumpulan cerita apik yang terpilih sebagai karya sastra terbaik tahun 2006 oleh majalah Tempo. Pada tahun yang sama, “Filosofi Kopi” juga berhasil dinobatkan menjadi 5 Besar Khatulistiwa Award kategori fiksi, yang merupakan ajang sastra paling bergengsi di Indonesia.(dewi lestari "Dee")

Review
  Cerita utama yang sekaligus dijadikan sebagai judul buku ini, menurutku memang cerita terbaik di buku ini yang pantas dijadikan judul. Di samping judul tersebut menggelitik, juga bisa mencerminkan keseluruhan cerita di dalamnya tentang hidup yang mau tidak mau akan diwarnai kepahitan sebagaimana kopi. Juga memberikan sugesti kepada pembacanya untuk menikmatinya dengan santai sambil minum2 kopi.

  Filosofi Kopi bercerita tentang Ben dan Jody yang membuka cafe dengan menu utama aneka macam racikan minuman kopi dari berbagai penjuru dunia. Ben sangat terobsesi dengan kopi, hingga rela menguras tabungannya untuk berkeliling dunia mencari aneka ramuan2 kopi langsung dari sumbernya. Setelah mendapatkan semuanya, obsesi Ben beralih ke pencarian racikan minuman kopi paling sempurna.

    Sesempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetap kopi, punya sisi pahit yang tak mungkin kamu sembunyikan.

 Cerita itu menjadi sangat unik karena mengambil topik yang sangat berbeda dari cerita lainnya. Tahu kan, cerita yang selalu dan selalu menjadi topik pilihan mayoritas penulis? Apalagi kalo bukan: Kisah cinta antar manusia.

 Walaupun di bagian prosa pendek puitis "Salju Gurun", Dee memberikan gagasan dan pandangan tentang salju di gurun untuk membangkitkan keberanian "menjadi berbeda". Toh pada akhirnya, Dee tidak bisa menolak untuk menyisakan sebagian besar tulisannya sebagai tulisan tentang Cinta, sebagaimana pasir2 di gurun. Yah, salju di gurun pun tak akan bisa berlama2 bertahan dalam bentuk salju, dalam sekejap dia akan mencair menelusup di antara butir pasir dan menguap terbang menjadi bagian tak berbeda dari elemen gurun yang lain.

Cerita-cerita Pendeknya
  "Mencari Herman", cerita tentang pencarian atas seseorang bernama Herman. Cerita ringan yang berkesan rada lucu2an. Tapi sesaat aku jadi ingat kalau aku pun tidak punya seorang teman yang bernama "Herman", tanpa embel2. :)

"Surat Yang Tak Pernah Sampai", tentang surat2 cinta yang tak pernah sampai. Dee menghamburkan filosofi2-nya tentang hubungan antara dua anak manusia yang dikenal dengan istilah Cinta.

"Sikat Gigi", kisah cinta Egi dan Tio. Dua orang yang sangat berbeda. Yang satu romantis, puitis, dan sensitif, satunya lagi kaku dan sangat rasional. Perbedaan yang malah saling melengkapi. Di dalamnya Dee berhasil mengangkat rutinitas menyikat gigi menjadi suatu kegiatan bermakna lain. Tapi sayangnya tidak mampu mempertahankan Tio sebagai sosok yang kaku dan rasional. Karena cerita ini ditulis secara romantis maka Tio pun akhirnya melebur dalam kalimat2 puitis.

"Sepotong KUe Kuning", kisah perselingkuhan. Hingga akhir cerita aku tetap tidak bisa menangkap apa arti dari metafora "Kue Kuning".

"Lara Lana", hmmm... cinta tak selalu harus memiliki bukan?. Pada beberapa paragraf terakhir kita akan dipaksa untuk membaca ulang dari awal dengan sisi pandang yang berbeda.

"Buddha Bar", bukan kisah cinta sih. Lebih tentang persahabatan lima orang dengan berbagai karakter yang melebur dalam satu keutuhan bersama. Emh.. mungkinkah ini tulisan tentang perkenalan Dee dengan Buddha?

"Rico de Coro". Fabel tentang kecoak yang jatuh hati pada manusia.


sumber : qyu.blogspot.com
baca ebook-nya di sini

0 comments